Fiskal dan Tikus-tikusnya

Written on 17 January, 2007 – 12:25 | by Rahmat Zikri |
503 Error

Sorry, that didn’t work.
Please try again or come back later.

503 Error. Service Unavailable.

Kendala bagi kebanyakan orang dengan dana pas-pasan ketika hendak jalan-jalan ke luar negeri adalah beban biaya fiskal udara sebesar Rp 1 juta (catatan: fiskal laut/darat besarnya Rp 500 ribu) yang mesti dibayarkan oleh setiap penumpang pesawat yang hendak terbang ke luar negeri.

Walau sudah menjadi rahasia umum bahwa di terminal keberangkatan internasional (terutama yang saya tahu dengan persis yaitu di Terminal 2D/E Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Jakarta) banyak sekali terdapat “tikus-tikus” yang menawarkan jasa pembayaran fiskal “bawah tangan”. Biasanya penawaran dibuka sebesar Rp 800 ribu per penumpang. Angka ini bisa dinegosiasikan jika bayar borongan untuk beberapa orang secara bersama-sama. Oh ya, fiskal laut pun sama.. semua bisa dinegosiasikan (coba saja menyeberang dari Batam ke Singapura dengan ferry). Kapan negara ini mau maju kalau penggelapan uang negara terjadi di mana-mana.

Kong-kalikong tersebut sebenarnya urusan yang sangat mudah. Intinya sederhana, apakah petugas imigrasi yang tugasnya men-stempel paspor tanda keluar wilayah hukum Indonesia itu mau membiarkan anda lenggang-kangkung masuk ke ruang tunggu keberangkatan tanpa slip bukti pembayaran fiskal atau tidak. Cuma itu. Tidak akan ada pemeriksaan fiskal lainnya. Di sini lah peran si “tikus” yang akan mengurusnya. Sebagian untuk “tikus”, sebagian lagi untuk mas/mbak tukang stempel itu, dan, percayalah, pasti ada bagian untuk oknum-oknum lainnya.

Tanpa adanya koordinasi dan kontrol yang jelas antar instansi yang berwenang, yang bisa dengan ketat mengawasi jumlah penumpang WNI yang pergi ke luar negeri dan jumlah uang fiskal yang masuk, bisnis penggelapan uang fiskal ini tentu saja merupakan lahan yang sangat basah.

Perlu bukti? Coba saja tips berikut ini. Jika anda berkesempatan masuk ke dalam Terminal 2D/E Soekarno-Hatta, tepatnya di sekitar check-in desk, yang tentunya untuk sampai di sini anda harus punya tiket pesawat rute internasional –hehe, not really.. saya pernah masuk area ini melalui Terminal 2F, dengan tiket Garuda rute domestik– ambil lah satu posisi strategis yang memungkinkan anda terlihat dengan mudah, lalu berdiri lah di situ sambil memandang sekeliling, seperti orang yang tidak tahu harus ke mana atau hendak berbuat apa. Selama anda tidak bertampang dan bergaya aparat yang berwajib, dijamin, akan segera ada “tikus” yang menghampiri dan bertanya apakah anda sudah membayar fiskal atau belum? Selanjutnya, anda sudah tahu bukan?

Ups, hampir lupa, ternyata yang jadi “tikus” itu bukan hanya oknum-oknum berpakaian preman yang berbaur dengan penumpang –but they use ID card– tapi juga mbak-mbak yang ada di check-in desk itu juga bisa jadi turut ambil bagian dalam bisnis fiskal. Saya punya pengalaman ketika hendak check-in di salah satu desk penerbangan asing, mbaknya tanya, “mas sudah bayar fiskal?”, waktu saya bilang belum, dia pun dengan sigap berteriak memanggil seekor “tikus” sedikit nun jauh di sebelah sana, sambil mengatakan “mas ***, ini ada penumpang yang mau bayar fiskal!” halahhh.

Be Sociable, Share!

Related Posts

--related post--
  1. 9 Responses to “Fiskal dan Tikus-tikusnya”

  2. By Mira on Jan 17, 2007 | Reply

    *clingak clinguk* Pertamax kah? Oh ya selain oknum fiskal, Bandara Internasional kita juga dekilnya mendekati taraf mengkhawatirkan.

  3. By Sevenbluerose on Jan 17, 2007 | Reply

    Soal “tikus” cm bisa bilang : Tanya kenapa?

    Soal kumuhnya bandara international kita, khususnya toilet emang bnr2 bikin malu, Soal pesawat jatuh ada pendapat soal sebuah pesawat yg markir dilandasan biaya parkirnya MAHAL, normal dan amannya pesawat kudu diam min. 45mnt seblm terbang lagi, tp kenyataan baru turun trus terbang lagi, 1 hr bisa 3-5x take off *Glek* mengapa buru2? ya karena ngejar tiket murah, gak mau parkir kelamaan krn mahal biayanya. Nah kalo biaya parkir pesawat mahal di tiap bandara, mengapa bandaranya gak pernah semakin membaik? adanya malah tak terurus, sampai ke terminal Interntional yang notabene wajah pertama yang dilihat turis ketika ke Indon toiletnya Ugh.. -_-;

    OOT ya? Maaf * tuing tuing… masang perangkap tikus dulu 😛 *

  4. By admin on Jan 17, 2007 | Reply

    sevenbluerose,

    kalo sehari cuman 3-5x take off, bisa rugi.. lokal atau asing, kalau disuruh take off cuma 1-2x, sedangkan waktu tempuh sekali terbang rata-rata sekitar 1-2 jam saja, mana ada yang mau mbak. rugi. harga sebuah boeing 737 itu ratusan milyar.

    masalahnya bukan jumlah terbang, tapi Standard Operation Procedure yang mesti diperhatikan.

    btw, kita ngga sedang membicarakan penerbangan murah loh.

  5. By Diky'93 on Nov 18, 2007 | Reply

    eh kir kalo fiskal di batam bisa diakali juga gak?

  6. By haris on Mar 15, 2008 | Reply

    batam bisa!

    ngeyel saja, “saya cuma punya uang 250rb, gimana nih?”, maka kita akan diantar seorang oknum berlenggangg melewati pemeriksaan…

    beres!

    (kapan ya bebas fiskal?)

  7. By nino on Mar 27, 2008 | Reply

    batam bisa,

    sialnya masi culun waktu itu, kena 350 rb 😛

  8. By dhia on Jun 7, 2010 | Reply

    Zikri… awasome…
    LUCU banget nih si BUAYA FISKAL…
    Keren cerita aneka melancongnya… Harus di Coba…
    Only at Indonesia ya fiskal itu kudu bayar… aaarrrgghhh…

  9. By Fani on Jun 9, 2010 | Reply

    mas, saya mau tanya. apa mesti yah dari batam ke sing pakek uang tunjuk??klu iya berapa biasanya bayar uang tunjuk itu??

  10. By ria on Jan 4, 2011 | Reply

    mas saya mw ke luar negri tp saya g’pny npwp? kalo di terminal 2D, tempat bayar fiskalnya dmn mas? Setelah ceck in?

Post a Comment

About Me

The smiling geekIndependent IT Consultant and Trainer, mastering in Microsoft technologies. 13 years experience in all level of systems and network engineering. Currently being awarded as Microsoft MVP in Exchange Server. Live in Jakarta, Indonesia. Claimed himself as a not ordinary geek, who loves photography and hanging out with friends. More.

Want to subscribe?

 Subscribe in a reader Or, subscribe via email:
Enter your email address:  
Google